Halaman

Minggu, 26 Juni 2022

Panglima Militer Malaysia Kagumi Industri Teknologi Pertahanan Indonesia

Panglima Angkatan Tentera Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato' Sri Haji Affendi Bin Buang TUDM melakukan kunjungan kerja ke PT Dirgantara Indonesia (PTDI) pada Rabu, 22 Juni 2022.

Kunjungan itu pun diterima langsung oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan beserta jajaran Direksi dan Komisaris.

"Pada hari ini merupakan suatu kesempatan bagi saya untuk meninjau fasilitas yang ada di sini dan untuk melihat sendiri seberapa banyak kerjasama dan kolaborasi yang bisa saya dapatkan dan bergabung dengan industri lokal di Malaysia," kata Panglima Angkatan Tentera Malaysia, Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi Bin Buang TUDM, seperti dikutip NADPost.ID dari Antara.

Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi melihat peluang kerja sama di PTDI sangat besar.

Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki keahlian teknis yang tinggi yang misalnya dalam bidang kedirgantaraan.

"Mereka telah mampu membangun pesawat sendiri sekaligus melakukan perawatan, banyak pekerjaan yang dilakukan di sini.

Kita bisa melihat ini sesuatu yang membanggakan, pada saat yang sama di Malaysia juga ada, industri lokal yang memiliki keahlian teknis dari bidang yang lain," kata dia.

Oleh karena itu, Jeneral Tan Sri Dato’ Sri Haji Affendi menilai PTDI dengan Angkatan Tentera Malaysia dapat berkolaborasi dalam hal industri lokal.

Hal ini juga ditujukan agar kedua pihak bisa saling melengkapi satu sama lain.

Karena ketika dapat saling melengkapi, maka pasarnya semakin besar.

"Tentu saja, akan membuat produksi lebih efisien dan efektif dan dapat menangkap pasar antara Malaysia dan Indonesia, tetapi jika kita juga dapat melihat potensi untuk menarik pasar di kawasan Asia Tenggara, dan disini tentu kita akan melihat dari potensi diluar kawasan Asia Tenggara," kata dia.

Di samping itu, baru-baru ini Malaysia sedang dilema akan pembelian helikopter terbarunya.

Pasalnya, harapan untuk membeli helikopter sekelas Apache sudah pupus.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein.

Beliau mengungkapkan kalau Malaysia mungkin tidak akan membutuhkan helikopter Apache AH-64 atau Tiger.

Hal ini didasarkan oleh ancaman keamanan yang dihadapi Malaysia saat ini.

"Kita harus melihat ancaman yang harus kita hadapi dan jika ancaman kita di Lahad Datu adalah menghadapi para penculik, Kidnap-For-Ransom (KFR), teroris di kapal-kapal kecil, (maka) saya pikir tidak perlu helikopter serang seperti Apache dan (Eurocopter) Tiger/Tigre," kata Hussein, dikutip dari Defence Security Asia.

Tak hanya itu, beliau juga mengatakan kalau helikopter MD530G sudah lebih dari cukup.

Hal ini bisa tercapai apabila helikopter dilengkapi dengan senjata yang sesuai.

"Helikopter tempur/pengintaian ringan MD530G sudah cukup asalkan dilengkapi dengan senjata yang sesuai. Hari ini kita melihat MD530G tidak hanya bisa terbang tetapi dilengkapi dengan senjata tertentu untuk menghadapi ancaman tertentu," kata Menhan.

Angkatan Bersenjata Malaysia (ATM) perlu realistis dengan kendala keuangan yang dihadapi saat ini, katanya.

ATM juga akan terus menggunakan helikopter MD530G atau yang berukuran serupa untuk jangka waktu yang lama.

Seperti yang diketahui, Malaysia membeli enam helikopter pengintai/tempur ringan senilai RM321 juta pada tahun 2015.

Namun, helikopter baru diterima ATM pada Februari tahun ini setelah menunggu dengan sabar selama tujuh tahun.

Keenam helikopter MD530G tersebut dikembangkan oleh MD Helicopters dari Amerika Serikat.

Helikopter MD530G yang dioperasikan oleh Malaysia juga telah mengintegrasikan sensor Wescam L3 MX10D dan Sistem Manajemen Senjata Ares Pathfinder dari Tek Fusion.

Integrasi sistem ini adalah untuk membantu penggunaan Dillion M134 Mini Gun, FN Herstal Heavy Machine Gun dan Rocket Machine Gun pod serta Folding-Fin Aerial Rockets 2,75 inci (dipandu dan tidak diarahkan).

Rabu, 08 Juni 2022

Cina Disebut Diam-Diam Bangun Pangkalan Militer Di Kamboja

Tak berselang lama setelah kabar tibanya ranpur artileri medan terbaru Kamboja yang didatangkan dari Cina, kini ada berita terbaru yang menyangkut hubungan bilateral antara Cina dan Kamboja.

Persisnya tajuk berita di The Washgington Post – washingtonpost.com (6/6/2022), menyebutkan bahwa Cina secara diam-diam tengah membangun fasilitas untuk angkatan lautnya di Kamboja.

Meski kedua negara telah membantah, tapi hal tersebut tetap menarik perhatian, terutama kegiatan militer Cina yang eksis mendukung militer di Negeri Khmer tersebut.

Merujuk ke washingtonpost.com yang mendapatkan informasi dari nara sumber anonim, kehadiran militer Cina disebut akan berada di bagian utara Pangkalan Angkatan Laut Ream di Teluk Thailand, yang dijadwalkan menjadi tempat upacara peletakan batu pertama pada minggu ini. 

Pendirian pos atau pangkalan militer AL Cina di Kamboja, bila itu benar maka akan menjadi fasilitas pangkalan militer pertama Cina di luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik, dan menjadi pangalan militer kedua secara global, dimana Cina saat ini telah mengoperasikan pangkalan AL di Djibouti, Afrika Timur.

Menurut para analis, memiliki fasilitas militer yang mampu menampung kapal angkatan laut besar di sebelah barat Laut China Selatan akan menjadi elemen penting dari ambisi Beijing untuk memperluas pengaruhnya di kawasan itu dan akan memperkuat kehadirannya di dekat jalur laut utama Asia Tenggara.

The Wall Street Journal melaporkan pada 2019 bahwa Cina telah menandatangani perjanjian rahasia untuk mengizinkan militernya menggunakan pangkalan di Kamboja. 

Namun, Beijing dan Phnom Penh membantah laporan itu, termasuk Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengecamnya sebagai “berita palsu.” 

Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Cina pada saat itu juga mengecam apa yang disebutnya “rumor” dan mengatakan Cina hanya membantu pelatihan militer dan peralatan logistik untuk Kamboja.

Laporan dari Pentagon menyebut, di luar pangkalannya di Djibouti yang dibuka pada tahun 2017, Beijing sedang mengejar fasilitas militer untuk mendukung “proyeksi kekuatan angkatan laut, udara, darat, dunia maya, dan luar angkasa,” kata laporan Pentagon. 

Untuk mendukung obsesi tersebut, selusin negara telah dibidik untuk penjajakan, termasuk Kamboja, Thailand, Singapura, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Tanzania, dan Uni Emirat Arab. Sebuah jaringan global dapat “mengganggu operasi militer AS dan mendukung operasi ofensif terhadap Amerika Serikat,” kata laporan itu.

Saat ini sebuah stasiun bumi untuk mendukung sistem satelit navigasi BeiDou telag ditempatkan di Pangkalan Angkatan Laut Ream.

BeiDou adalah alternatif navigasi satelit yang dikembangkan Cina untuk menandingi satelit GPS (Global Positioning System) lansiran AS.

Selasa, 07 Juni 2022

Swedia Pasok RBS-17 Ke Ukraina – Rudal Anti Kapal Jarak Pendek Varian Dari Hellfire

Selain berupaya membuka blokade laut yang dijalankan Armada Laut Hitam, maka pekerjaan rumah bagi Ukraina yakni berupaya untuk mempertahankan garis pantai dan wilayah pelabuhan dari serangan amfibi pasukan Rusia.

Dan bicara menghadapi infiltrasi yang dilakukan oleh unit kecil dari kapal patroli cepat, menarik perhatian adalah kasus serangan rudal anti tank Ukraina yang berhasil menarget kapal patroli cepat Rusia.

Strategi penggunaan rudal anti tank untuk menyasar kapal patroli dipesisir nampaknya di luar prediksi. Maklum selama ini belum pernah hal itu dilakukan.

Namun, karakter rudal anti tank yang ringan dan mobile, plus bisa dioperasikan oleh satu atau dua personel saja, menjadikan Ukraina tergiur untuk menjajal model serangan ‘baru’ tersebut. Sepanjang target ada dalam jangkauan, maka segala sesuatu sangat mungkin dihancurkan.

Dan ada kabar bahwa saat ini Ukraina kembali mendapatkan paket bantuan persenjataan dari Swedia, yakni berupa rudal anti kapal RBS-17.

Kementerian Pertahanan Swedia pada 2 Juni 2022, telah memutuskan untuk menawarkan persenjataan baru ke Ukraina, termasuk sumbangan Robot-17 yang juga disebut RBS-17.

Meski disebut sebagai rudal anti kapal, namun RBS-17 adalah rudal anti kapal jarak pendek. Jauh dari kesan bongsor seperti rudal anti kapal Neptune, Harpoon atau Exocet, wujud RBS-17 jauh lebih kecil, pasalnya RBS-17 adalah varian dari rudal udara ke permukaan AGM-114 Hellfire.

Diproduksi oleh Bofors Defense pada tahun 1980-an, RBS-17 adalah adaptasi Hellfire untuk peran anti-kapal dan dapat diluncurkan dari kapal perang permukaan atau pos penembakan di darat.

Seperti diketahui, keluarga rudal AGM-114 Hellfire dirancang untuk mengalahkan kendaraan lapis baja di jarak tembak 8.000 meter. 

Platform utama yang paling dominan adalah dipasang pada helikopter serang AH-64 Apache dan AH-1 Cobra. Sistem pemandu Hellfire telah berevolusi dari laser semi-aktif pada model awal hingga generasi terakhir yang menggunakan gelombang milimeter (millimeter-wave guidance).

Terkhusus pada RBS-17, dengan peluncur tripod, rudal subsonic ini punya berat keseluruhan 48 kg, dengan berat hulu ledak HEAT 9 kg. 

Rudal ini punya panjang 163 cm dan diameter 17,8 cm, RBS-17 dapat menghantam sasaran di pesisir sejauh 9.000 meter.

Senin, 30 Mei 2022

Angin Segar untuk Indonesia, Jepang Siap Ekspor Persenjataan Kelas Berat

Jepang memang dikenal sebagai negara dengan peralatan pertahanan besar.

Salah satu alutsista hebat Jepang adalah sebuah kapal permukaan kelas perusak jenis Maya class.

Mengutip japantimes.co.jp, maya kelas al jepang diketahui memiliki berat tonase 10.250 ton.

Berat 10.250 ton tonase kelas Maya menjadikannya kapal tempur paling canggih di Jepang saat ini.

Selain itu, Jepang juga memiliki pesawat tempur khusus seperti Mitsubishi F-2.

Dengan pesawat tempur khusus seperti Mitsubishi F-2 yang merupakan lisensi, Jepang dikenal karena peralatannya untuk mendefinisikan senjata.

Sejauh ada udara segar jika Jepang melakukan kebijakan tertentu mengenai peralatan pertahanannya.

Luncurkan Asia.nikkei.com, Jepang berencana untuk mengesahkan ekspor senjata.

Ekspor senjata yang diklarifikasi seperti jet berburu, rudal dan senjata lainnya

Dijelaskan jika ekspor senjata Jepang yang ditujukan untuk 12 negara.

Termasuk India, Australia, serta beberapa negara Eropa dan Asia Tenggara yang merupakan tujuan Jepang.

Jelas dalam laporan Nikkei jika perubahan peraturan untuk memungkinkan ekspor dapat dilakukan pada bulan Maret.

Ini berarti bahwa ada tuduhan jika pada bulan Maret 2023, peraturan tentang ekspor senjata oleh Jepang disetujui.

Selain itu, negara -negara ini termasuk Vietnam, Thailand, Indonesia, Malaysia dan Filipina untuk wilayah Anase.

Sementara Amerika Serikat, Inggris Raya, Jerman, Prancis dan Italia telah menjadi sasaran ekspor senjata Jepang.

Dengan keberadaan pelanggan asing untuk membeli senjata Jepang, ini memiliki dampak positif.

Dampak positif yang dimaksud adalah dampak mengurangi biaya produksi Jepang.

Dan mengurangi biaya membeli senjata Jepang yang saat ini diketahui cukup tinggi.

Selain itu, ada faktor -faktor seperti panasnya konflik Laut Cina Selatan dan invasi Rusia di Ukraina adalah alasan untuk Jepang.

Terutama untuk memperkuat hubungan dengan 12 negara dengan menawarkan senjata.

Ini memungkinkan mereka untuk mengambil posisi pertahanan yang lebih kuat.

Ada beberapa tujuan utama Jepang untuk menjual beberapa produk senjata mereka.

Seperti India di bidang Maritim dan Inggris Raya di bidang Aerospace.

Sementara di Asia Tenggara, Filipina dan Vietnam saat ini mencoba produk senjata Jepang.

Termasuk radar dan penjaga pantai yang terkenal dari produk Jepang.

Sebelum ada informasi ini, ditemukan bahwa Jepang sudah terkenal karena beberapa senjatanya.

Dari dimensi laut, udara dan darat, produk Jepang sangat terkenal.

Salah satunya adalah kelas Kongo yang akan siap menjadi elemen ekspor.

Mengutip naval-sechnology.com, kursus Kongo termasuk dalam kelas Panduan Destroyers.

Ini berarti bahwa Kelas Kongo memiliki senjata rudal pertahanan udara dan banyak senjata pertahanan udara.

Sampai kelas Kongo dapat menyimpan 90 sel dalam sistem peluncuran vertikal (VLS).

Untuk bagian depan kapal kelas Kongo, dapat menyimpan 29 sel rudal yang mampu VLS.

Sementara di bagian belakang kelas Kongo, dapat berisi 61 sel di rudal VLS pertahanan udara.

Tidak ada pemegang bahwa kelas Kongo dapat memberikan rudal antiblistik seperti SM 3.

Harap dicatat jika SM 3 dikhususkan untuk rudal anti-seleverse yang diintegrasikan ke dalam kelas Kongo.

Tidak hanya kelas Kongo yang dilengkapi dengan SM 3, tetapi American Flight III Arleigh Burke juga menggunakannya.

Dikutip di YouTube Jaglavaksoldier Jika kelas Kongo bernama JS Kirishima telah menafsirkan rudal balistik.

Intersepsi rudal balistik disimulasikan dalam latihan diikuti oleh JS Kirishima menggunakan rudal SM 3 pada 2010.

Akhirnya dicegat oleh kelas Kongo sebagai rudal balistik interseptif.

Tidak hanya rudal SM 3, tetapi kelas Kongo dilengkapi dengan pertahanan iklan AR seperti RIM 162 dan RIM 66 MR Standard.

Selain rudal pertahanan udara, Kelas Kongo dilengkapi dengan Rum-139 VL Asro dan Mark 46 untuk anti-marin.

Sementara itu, melayani pertempuran permukaan untuk kelas Kongo dilengkapi dengan 8 unit rudal Harpoon.

Dengan deretan senjata berat dan canggih dari kelas Kongo, kapal dilengkapi dengan radar dan sensor canggih.

Salah satu sensor kelas Kongo yang terkenal adalah Spy-1D yang kompatibel dengan Aegis.

Radar Aegis ini dapat berfungsi sebagai pemantauan benda di udara dan permukaan sumur dan sangat tepat.

Selain itu, kelas Kongo, termasuk kapal yang diproduksi oleh perusahaan Jepang seperti MHI dan IHI Corporation.

Dibuat pada awal 1990 pada akhirnya, kelas pertama Kongo diluncurkan pada tahun 1991.

Setelah itu, kelas pertama Kongo diresmikan di kantor Jepang pada tahun 1993.

Pada saat itu, Kelas Kongo memiliki 4 unit yang disiarkan yang menyebar di beberapa pangkalan Jepang.

Untuk alasan ini, kami hanya mengharapkan lebih banyak informasi tentang semua jenis peralatan pertahanan yang dapat dijual oleh Jepang.

Source: NADPost



Kamis, 26 Mei 2022

AS Beri Peringatan Keras ke Erdogan Terkait Operasi Militer Turki di Suriah

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam rencana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan "operasi militer khusus" ke Suriah Utara karena dinilai akan membahayakan negara sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Kecaman itu disampaikan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price kepada wartawan seperti dikutip NADPost.com, Rabu (25/5/2022).

Ruang Senjata KF-21 Boramae Indonesia Jadi Perhatian Khusus Netizen Korsel

Indonesia dan Korsel telah melalui masa-masa yang sangat mendebarkan soal pengembangan KF-21 Boramae.

Perjalanan panjang pengembangan KF-21 Boramae pada akhirnya membuahkan hasil yang begitu manis.

Misalnya tahun lalu, prototipe KF-21 Boramae untuk pertama kalinya secara resmi dipamerkan ke publik.

Meskipun dalam perjalanannya, pahit getir dirasakan Indonesia dan Korsel dalam mengembangkan KF-21 Boramae.

Isu paling santer diberitakan sebelumnya yakni mengenai hengkangnya Indonesia dari pengembangan KF-21 Boramae.

Publik global pastinya memiliki alasan mengapa isu hengkangnya Indonesia dari pengembangan KF-21 Boramae jadi topik yang hangat diperbincangkan.

Ya, Indonesia saat itu menunggak duit partisipasi pengembangan KF-21 Boramae.

Oleh sebab itu publik internasional berspekulasi bahwa Indonesia kemungkinan besar tak akan lanjut berpartisipasi dalam pengembangan KF-21 Boramae.

Namun, Indonesia berhasil membuktikan pada dunia bahwa komitmen Jakarta dalam pengembangan KF-21 Boramae bersama Korsel sangat serius.

Indonesia dan Korsel sendiri telah melakukan pengembangan KF-21 Boramae sejak lama.

Dan kini pengembangan KF-21 Boramae tengah memasuki masa-masa yang sangat krusial.

Apa lagi tahun ini KF-21 Boramae tengah dilakukan pengujian manuver skala penuh.

Artinya berbagai pengujian akan dilakukan KF-21 Boramae di tahun 2022 ini.

Dan uji terbang merupakan puncak dari pengujian KF-21 Boramae.

“Tahun ini, uji manuver skala penuh untuk KF-21 akan dimulai.

Mulai Februari, mesin akan mulai diuji. Ini untuk memeriksa apakah semua perangkat KF-21 berfungsi dengan baik saat mesin hidup.

Jika mesin dan berbagai panel instrumen dan perangkat beroperasi secara normal, uji landasan untuk KF-21 akan segera dilanjutkan.” jelas The JoongAng.

Jika merunut laporan The JoongAng, uji terbang KF-21 Boramae diproyeksikan hendak dilaksanakan pada Juli mendatang.

Artinya tak lama lagi dunia akan melihat KF-21 Boramae Indonesia dan Korsel mengudara untuk pertama kalinya.

Tentunya uju terbang F-21 Boramae akan menjadi momen bersejarah bagi Indonesia dan Korsel.

Perjuangan panjang dalam pengembangan KF-21 Boramae akhirnya akan menemui titik selesai.

Meskipun pengembangan KF-21 Boramae ini diupayakan bisa rampung tahun 2026.

Artinya tersisa sekitar 4 tahun lamanya sebelum KF-21 Boramae melakukan produksi massal.

Di sisi lain, pejabat KAI yang tak disebutkan namanya, menuturkan bila KF-21 Boramae akan melakukan tes landasan pacu pada musim semi ini.

“Setelah tes mesin selesai secara normal, kami berencana untuk melakukan tes mengemudi jet tempur di landasan mulai musim semi."” terangnya.

Tes mengemudi di landasan pacu adalah tes di mana jet tempur tidak terbang.

KF-21 Boramae akan berjalan di landasan pacu dengan kecepatan tinggi.

Seorang pejabat KAI lainnya juga menyebut jika uji landasan ini juga tak kalah menegangkan.

“Ini adalah saat yang paling menegangkan.” ungkapnya.

Adanya pengembangan KF-21 Boramae juga menjadi perhatian tersendiri bagi netizen Korsel.

Banyak netizen Korsel yang ikut mendukung dan memantau perkembangan dari KF-21 Boramae.

Tak sedikit pula netizen Korsel yang ikut mengkritisi secara positif soal KF-21 Boramae.

Misalnya dalam laporan The JoongAng ternyata ada netizen Korsel yang ingin KF-21 Boramae memiliki ukuran layaknya F-35 AS.

Karena ukuran KF-21 Boramae Indonesia dan Korsel saat ini dirasa terlalu kecil.

“Ruang persenjataan interior yang sekarang disiapkan terlalu kecil. Seharusnya seukuran f35,” papar netizen Korsel dalam laman The JoongAng.

Di sisi lain, laporan 19fortyfive.com menuturkan bila KF-21 Boramae untuk blok 3 dioptimalkan memiliki kemampuan siluman.

Bila hal ini benar adanya, tentunya menjadi sesuatu yang luar biasa.

Lantaran KF-21 Boramae Indonesia dan Korsel akan memiliki kemampuan siluman.

Entah nantinya Indonesia akan mendapat jatah siluman itu atau tidak, namun jika ini benar adanya tentunya menunjukkan kemampuan yang luar biasa dalam pengembangan KF-21 Boramae.

Keberadaan KF-21 Boramae juga menjadi simbol bahwa industri pertahanan Korsel khususnya sangat mampu untuk menciptakan pejuang kelas atas yag mumpuni.

Dan keikutsertaan Indonesia di dalam juga memperlihatkan bahwa teknisi Tanah air juga tak kalah kompeten.

Oleh s ebab itu, semoga saja di masa depan Indonesia bisa membuat sendiri armada udara yang mumpuni macam KF-21 Boramae.

Pilot China Bocorkan Cara Tunggangi J-20 yang Disebut Mirip F-35

Digadang-gadang lebih modern dari F-15 EX AS yang dibeli Indonesia, dilansir dari NADPost, Chengdu J-20 Mighty Dragon memiliki karakteristik siluman dengan penampang radar rendah.

J-20 adalah generasi keempat yang canggih (walaupun beberapa sumber mengatakan itu adalah generasi kelima) pesawat tempur bermesin ganda berkursi tunggal.

Jet tempur J-20 tidak sepenuhnya siluman dan dapat dilacak oleh radar canggih tetapi China memproduksinya dalam “jumlah yang tinggi” sekitar 500 unit.

Jangkauan diperpanjang oleh tangki bahan bakar eksternal, dan mampu terbang dengan kecepatan supersonik di lebih dari 1.600 mil per jam.

Meski China terus menerus membanggakan, media Korea Selatan justru menuding J-20 sebagai barang tiruan.

Hal ini seperti dikutip dari artikel terbitan NAD-Blog pada 25 Desember 2021 silam.

Awalnya, media Korea Selatan tersebut kagum dengan pencapain industri pertahanan China.

Namun, borok jet tempur J-20 akhirnya dibongkar.

"Teknologi pembuatan pesawat militer China berkembang pesat. Sampai tahun 1990-an, itu adalah replika pesawat tempur Rusia, tetapi sekarang menjadi pesawat tempur siluman generasi kelima J-20, pesawat peringatan dini dan kontrol udara KJ-500, peperangan elektronik J-16D, 'Chinese Global Hawk' WZ- 7 pesawat pengintai tak berawak ketinggian tinggi, dll. Ini telah mencapai tingkat pengembangan model mutakhir secara independen," tulis Segye.com.

"Industri kedirgantaraan China telah membuat langkah besar dalam beberapa dekade. Selama Perang Dingin, ia setia pada metode 'taktik langit' dari kloning massal model bekas Soviet," lanjut media Korea Selatan tersebut.

Sayangnya, tampilan J-20 China rupanya terbilang cukup besar.

J-20 sangat besar dalam penampilan, sehingga sulit untuk disimpan di kapal induk. Anda membutuhkan pesawat kecil dengan kemampuan siluman. FC-31 lebih kecil dari J-20, sehingga dinilai berpotensi untuk digunakan sebagai pesawat pengangkut.

Tak cuma media Korea Selatan, kelemahan jet tempur J-20 China rupanya sempat jadi sorotan mantan KASAU India.

Mantan Kepala Staf AU India yang tak mau disebutkan namanya menyatakan J-20 cuma jet tempur siluman abal-abal.

Menurutnya J-20 bukanlah jet tempur siluman sesungguhnya karena masih menggunakan delta canard (sayap kecil di dekat kokpit) layaknya jet tempur era perang dingin.

"Menanggapi klaim China dengan, dua pertanyaan sederhana, Jika J-20, juga disebut Naga Perkasa, memang pesawat tempur siluman generasi kelima, lalu mengapa ia memiliki canard," ujar mantan Kepala IAF seperti dikutip dari Hindustan Times.

Sementara pesawat tempur generasi ke-5 asli seperti F-22 AS, F-35 dan generasi kelima Rusia Su-57 tidak memiliki canard?" imbuhnya.

Ia juga heran kenapa J-20 tidak mempunyai kecepatan Supercruise layaknya jet tempur siluman lainnya.

"Mengapa J-20 tidak dapat melakukan supercruise jika itu benar-benar pesawat tempur generasi ke-5," katanya.

J-20 Mighty Dragon merupakan jet tempur yang dikembangkan oleh Chengdu Aircraft Industrial Group Co Ltd di bawah Aviation Industry Corporation of China.

Desain pada jet tempur J-20 Mighty Dragon China dinilai menyerupai F-22 Raptor buatan AS.

Sama sekali tak malu meski desainnya J-20 disamakan dengan F-22 AS hingga pesawat Rusia, jet tempur siluman China itu rupanya justru pakai taktik operasional yang sama dengan F-35 Amerika.

Hal ini seperti dikutip dari Nadblog, ketika seorang pilot J-20 bernama Chen Liu baru-baru ini diwawancarai oleh media pemerintahan China, CCTV.

Chen Liu dianggap sebagai salah satu pilot pesawat tempur terbaik Angkatan Udara PLA.

Chen Liu merupakan satu dari sedikit pilot yang pernah menerbangkan jet tempur J-10, J-16, dan J-20.

Dalam wawancaranya itu, Chen Liu berbicara tentang jet tempur J-20 serta pengalamannya menerbangkannya dengan sangat bangga.

Chen Liu mengatakan, avionik J-20 jauh lebih sederhana pengoperasiannya dibandingkan pesawat tempur J-10C dan J-16.

Lebih lanjut, Chen Liu mengatakan bahwa J-20 mengumpulkan sejumlah besar data (sesuatu yang mirip dengan F-35) yang kemudian diproses sebelum diteruskan ke pilot.

Chen Liu mengaku tak memiliki masalah ketika pertama kali menerbangkan J-20.

Chen Liu menyebut J-20 sulit untuk dikuasai karena sistem persenjataannya yang canggih.

Sistem persenjataan J-20 sangat berbeda dengan pesawat tempur generasi keempat seperti J-16 dan J-10C.